Ia menuturkan, “Suatu hari, suamiku mulai menegurku hanya karena masalah sepele. Permasalahan kian meruncing hingga suami membentak dengan suara keras dan emosi. Ia mulai membangkitkan amarahku dengan kata-kata tidak perlu dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Saya mendengarnya, sementara gejolak ‘gunung berapi’ membuat hati ini mendidih nyaris saya meledak membantahnya dengan teriakan khasku. Tetapi firman Allah lebih kuat dan dekat di hatiku. Saat merasakan seperti itu, segera kuatasi dengan bertasbih:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السّٰجِدِينَ. وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). Al Hijr:98 - 99 ﴿
Saya berkata dalam hati, “Bisakah aku melakukan dalam situasi seperti ini? Saya kemudian memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk. Saya berkata, ’Allah lebih mengetahui diriku melebihi aku sendiri. Dan benar saja, saya membaca tasbih:
لَّآ إِلٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ الظّٰلِمِينَ....
... "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". ﴾ Al Anbiyaa:87 ﴿
Saya kemudian membaca tasbih sesuai yang kupelajari dan kuhafal. Saya mensucikan Allah dengan bacaan tasbih lebih banyak dari yang kupelajari. Saya menyempurnakan bacaan ayat dalam bentuk tindakan nyata, aku menarik diri dari ‘medan pertempuran’, mengambil air wudhu untuk shalat agar saya termasuk orang-orang yang bersujud (shalat) seperti yang diperintahkan Al-Khaliq kepadaku.
Saat saya mulai shalat, suamiku benar-benar mereda, saya terkejut dengan apa yang kulihat. Rasa malu yang dirasakan suamiku sudah cukup untuk membuatnya memohon ampunan kepada Allah dan menarik diri, hingga kondisinya benar-benar tenang. Setelah itu ia memintaku memaafkannya, ia melihatku santai, tenang, tersenyum dan tidak marah, hingga membuatnya bingung. Suamiku merangkulku dengan senang hati dan berkata, ‘Engkau selalu berkata bahwa Al-Quran adalah surga dunia. Kini surga itu benar-benar sudah berada di hadapanku bersama langkahmu dalam menerapkan Al-qur’an.
Sejak saat itu, suamiku selalu menunggu jadwal pelajaran penerapan Al-Quran, agar saya bisa menyampaikan kepadanya ayat-ayat yang kami pelajari, dan bagaimana aksi nyata kami. Subhanallah! Al-Qur’an ada di rumahku, saya bisa melihatnya dalam tindakanku, suami dan anak-anakku. Rumahku kini menjadi surga, karena karunia Allah dan mukjizat Al-Quran.
(sumber: Buku At-Taharruk bil Qur’an was Sunnah; Tajarib Waqi’iyyah minal Hayah // EQS: Energi Qur’an Sunnah; Sumayyah Ramadhan Ahmad)
Ada apa di d'bc Network klik